Ende, KlIKNTT.Com. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ende, menggelar dialog publik antar pemuda yang ada di Kabupaten Ende, yang berlangsung di Auladitorium Muhamadiyah Kabupaten Ende, Selasa (25/7/2017). Kegiatan yang bertemakan ‘Membangun Kerukunan Umat Beragama Melalui Jejaring Dialog Antar Pemuda’ ini merupakan kerjasama dengan Laskar Pemuda Desa Dan Kementrian Dalam Negeri.
Ketua HMI Cabang Ende, Muhamad Zulkifli, saat membuka kegiatan dialog tersebut mengatakan, sebagai orang muda yang mengetahui, akan pentingnya keterlibatan pemuda dalam menjaga nilai – nilai kebangsaan. Melalui dialog publik antar pemuda kita diwajibkan harus mampu membangun kerukunan antar umat beragama. Sehingga, kita dapat hidup rukun, damai dan sejahtera.
Tujuan dari kegiatan ini, lanjut Muhamad, agar dapat menjadi rujukan untuk kita, khususnya para pemuda dan pemudi untuk tidak terjebak dengan isu atau ancaman radikalisme yang telah memporak porandakan Kebhinekaan kita.
“Kegiatan dialog publik ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan Seminar Nasional yang telah diselenggarakan beberapa hari lalu,”ungkapnya.
Sementara itu, Sofian Saragih, dalam pemaparan materinya mengtakan, Indonesia merupakan Negara dengan masyarakat majemuk yang memiliki beragam budaya, etnis, suku dan agama. Keragaman ini merupakan realitas yang tak bisa dielakan.
Sofian menambahkan, ketika masyarakat tidak bijak dalam menyikapi fenomena ini dan seringkali kita terjebak dalam isu perpecahan di Indonesia.
Perpecahan ini, lanjut Sofian, seringkali terjadi disebabkan oleh hampir setiap agama membawa dakwah atau misi. Realitas ini, membuat munculnya oknum-oknum untuk memaksakan seseorang masuk kedalam agamanya melalui media-media kekerasan yang dapat memicu konflik vertikal dan horisontal.
“Perpecahan mengenai isu tergerusnya nilai pluralitas dan terobrak – abriknya kerukunan hidup antar umat beragama,”imbuhnya.
Sofian menambahkan, semua itu muncul disaat merebaknya isu radikalisme dan primordialisme menyebabkan batang tubuh NKRI, Pancasila dan Kebhinekaan menjadi keropos. Hal itu terjadi karena kita salah menghayati nilai – nilai kebangsaan kita.
“Melalui dialog publik antar pemuda, berlatar belakang agama dan budaya yang berbeda menjadi sarana komunikasi menuju salah satu jalan untuk membangun keharmonisan. Sehingga toleransi tetap terjaga dan terawat serta mampu membangun semangat perdamaian,”tandasnya.
Hal senada disampaikan pula, Ketua Nadatul Ulama (NU) Kabupaten Ende, Usman Kamil, Islam sangat menghargai perbedaan. Didalam Islam sendiri telah diajarkan tentang toleransi dalam kehidupan beragama dimana bagimu agamamu dan bagiku agamaku.
Usman menyampaikan, Jadi sangat tidak dibenarkan seorang yang mengaku muslim memaksakan kebenaran agamanya kepada pemeluk agama yang lain, Apalagi sampai ada kelompok yang ingin mengganti ideologi bangsa ini sesuai dengan keinginan kelompoknya.
“Sudah menjadi tugas kita untuk sama-sama menjaga agar hal itu tidak sampai terjadi. Jadilah kita berislam dengan keindonesiaan kita. Sesungguhnya Islam sangat menghormati dan menghargai tradisi budaya dan kemajemukan yang ada di Republik ini,”Imbuhnya.
Sementara itu Ketua Pemuda Katolik, Rae Agustinus, mengatakan, sudah semestinya Pemuda mengembalikan arah sejarah. Sejarah bangsa tentang nasionalisme dan kebhinekaan yang dalam sepuluh tahun terakhir berusaha dibelokan oleh kaum radikalis melalui gerakan-gerakan intoleran, kekerasan, kebencian,
“Semestinya, kita kembali luruskan seperti sedia kala, seperti yang dicontohkan leluhur kita. Hal tersebut tidak boleh didiamkan karena praktek ilfiltrasi gerakan tersebut telah berhasil masuk ke dunia pendidikan dan bahkan di dalam pemerintahan, Kasus intoleransi juga terus meningkat,”tegasnya.
Peningkatan kasus Intoleransi, lanjut Agustinus, yang dibuktikan dengan laporan Komnas Ham menunjukan dari tahun ke tahun. Praktek ini dalam rentang kira-kira sepuluh tahun terakhir secara perlahan mengubah wajah bangsa dari toleran ke intoleran, dari yang dulunya rukun mengarah ke saling curiga bahkan saling membenci.
Dikesempatan yang sama pula, Kepala Dandim 1602 Ende, Bapak Suteja mengatakan, TNI selalu berusaha agar bangsa ini tetap menjadi bangsa yang selalu mencintai keberagaman. Oleh karenanya semangat kebangsaan perlu dipeluk sejak dini terutama dalam masa sekolah. Generasi kita harus ditanamkan semangat dalam bela negara.
“Menjaga keutuhan NKRI bukan hanya tugas TNI tetapi tugas kita semua yang mengaku cinta NKRI. Mari kita selaraskan semangat menjaga keutuhan sesuai dengan profesi kita masing. Para pelajar bisa menunjukkan semangat kecintaannya terhadap NKRI dengan berprestasi dan mengharumkan nama bangsa di tingkatan internasional,”jelasnya.
Suteja menambahkan, para guru bisa menunjukkan semangat cinta NKRI nya dengan terus mendidik dan melahirkan generasi penerus bangsa yang berkompeten. Dengan begitu aksi bela negara bukan hanya sebatas slogan tetapi telah kita tunjukkan dengan pengabdian melalui cara kita masing-masing, sesuai dengan profesi dan kemampuan kita. Katanya (RL).