Ende, KlikNTT.Com. Himpunan mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ende, LSM Manifest Institute, bekerja sama dengan Kementrian Dalam Negri menggelar dialog publik dengan tema“Membangun Kerukunan Umat Beragama Melalui Jejaring Dialog Antar Pemuda”, yang di laksanakan Muhammadyah Ende dan diikuti jejaring pemuda, elemen masyarakat serta murid dan pengajar pada hari selasa (25/07/2017)
Ketua Pemuda Katolik Ende, Rae Agustinus yang juga sebagai salah satu pemateri dalam Dialog tersebut dalam materi yang di bawahnyakan kepada Peserta menekan kan tiga hal utama yang perlu di perhatikan untuk menjaga dan menguatkan semangat kebangsaan.
“Ada tiga hal utama bila kita mau menjaga bahkan menguatkan semangat kebangsaan, yaitu, penghargaan terhadap budaya, penguatan wawasan kebangsaan, dan bangun budaya literasi.
Rae menambahkan, aspek budaya atau adat menyumbang dua hal penting.
Pertama, watak dasar budaya kita yang terbuka terhadap semua nilai kebaikan membentuk setiap individu menjadi manusia yang ramah dan toleran.
Kedua, budaya memberi tanggung jawab kepada setiap individu dalam hidup kesosialannya, dengan begitu kita menjadi punya tanggung jawab atas orang lain.
” Setiap orang entah bergama Islam, Katolik, melalui budaya disatukan dengan tanggung jawab yang diberikan oleh adat tersebut. Itulah sebabnya toleransi di desa-desa khususnya di Ende sangat kuat.
Kedua, penguatan wawasan kebangsaan.
“Bila kita bicara tentang wawasan kebangsaan otomatis kita tentu langsung terhubung sejarah perjuangan. ”, kata Rae Agustinus.
Penguatan pada aspek ini menjadi fondasi utama membangun nasionalisme. Melaui wawasan kebangsaan setiap orang me-refresh dan merefleksi pengorbanan para pejuang dahulu.
Wawasan kebangsaan juga berguna agar masyarakat khususnya kaum muda tidak terombang-ambing “sejarah tandingan” yang sekarang ini kerap dibentuk di dunia maya.
Ketiga, membangun budaya literasi. “Saudara-saudara ini tentu sulit namun tentu juga tidak mustahil. Kita mesti membangun budaya literasi.
Lanjut Rae , di era digital di mana sebaran informasi sangat massif diperlukan kualitas pola pikir karena jika tidak, informasi yang diterima entah benar, entah hoax mudah dibangun menjadi isu.
“Sekarang ini begitu mudah isu dibangun di tengah masyarakat. Yang penting judulnya panas, sontak banyak orang kebut-kebutan membagikan informasi itu dan jadilah isu. Terlihat ada ketidak-mampuan mencerna informasi di sana
Karena itu budaya literasi penting dibangun untuk meningkatkan kualitas pola pikir agar kita tidak mudah terperangkap oleh isu. Dengan demikian stabilitas negara dan kerukunan ditengah masyarakat dapat terjaga, terlindungi dari terpaan isu yang memecah-belah. (RL)