Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Daerah

BPTP NTT : Inovasi Peningkatan IP upaya Genjot Produksi Pertanian Pasca Panen

122
×

BPTP NTT : Inovasi Peningkatan IP upaya Genjot Produksi Pertanian Pasca Panen

Sebarkan artikel ini

Oelamasi_KlikNTT.Com – Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur (BPTP NTT) melakukan penguatan kelompok tani (Poktan) memanfaatkan lahan tanam pasca panen dengan mengaplikasikan sentuhan teknologi dalam rangka mendukung peningkatan ketahanan pangan.

Teknologi peningkatan indeks pertanaman (IP) merupakan salah satu langkah inovatif BPTP NTT mengoptimalkan pengelolaan lahan dan air guna merangsang petani menanam varietas unggul berumur pendek yang bertujuan memajukan hasil produksi untuk peningkatan ekonomi pasca panen.

“Ini sebagai langkah optimalisasi lahan pertanian. Kita di NTT khususnya seusai Musim Tanam satu (MT1) lahan cenderung dibiarkan, padahal debit Air masih tercukupi. Nah, ini alasan kami berikan pemahaman serta pendampingan bagi petani berdayakan lahan mereka pasca panen dengan sentuhan inovasi teknologi,” kata peneliti BPTP NTT, Ir. Charles Yulius Bora, M.Si kepada awak media saat sosialisasi penerapan teknologi peningkatan IP bersama timnya kepada Poktan Sadar Bangun di desa Oelpuah, kecamatan Kupang Tengah, kabupaten Kupang, Senin (2/7/2018).

Kebiasaan petani yang membiarkan lahannya kosong begitu saja setelah MT1 menurut Charles, secara ekonomis tidak produktif, padahal jika diolah dan ditanami varietas yang cocok dengan debit air dan waktu tanam singkat serta mempunyai nilai jual tinggi tentu mampu meningkatkan penghasilan petani itu sendiri.

Dia menjelaskan debit Air untuk lahan pertanian Desa Oelpuah bersumber dari bendungan Tilong, bendungan Naben Tasipa, dan usai panen masih dapat dimanfaatkan oleh petani, namun persoalan yang dialami petani bagaimana mensupply air dari saluran tersier yang ada dibawah permukaan lahan pertanian tersebut. “BPTP sebagai lembaga pengkajian teknologi pertanian hadir untuk mengatasi persoalan ini. Secara alami, bulan begini debit air tak bisa aliri lahan mereka tapi dengan sentuhan teknologi water pump yang diaplikasikan bersama hand tractor sebagai penggerak bisa menyedot air mengairi lahan garapan,” jelas Charles.

Lanjutnya, untuk Poktan Sadar Bangun merupakan proses awal sehingga ke depan para petani mempunyai prospek dalam bidang usaha tani demi memajukan ekonominya. Selain itu, pihaknya juga sebagai sumber penyediaan bibit unggul secara kontinyu melakukan kajian pada lahan – lahan pertanian yang cocok ditanami varietas umur pendek namun mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Namun, saat ini ungkapnya dari kajian BPTP sendiri masih terdapat kendala yang dihadapi petani yakni persoalan ternak, dimana usai MT lahan dijadikan areal pakan ternak. “Ternak ini yang masih menjadi kendala para petani, umumnya usai MT ternak dibiarkan, sisa lahan itu menjadi pakan ternak. Nah, kita berharap semua pihak terkait memikirkan cara bagaimana mangatasinya,” ketusnya.

Sementara ketua Poktan Sadar Bangun, Yusak Ibrahim Labati bersama Anggotanya menyambut baik serta mengaku bersyukur atas pendampingan dan bantuan oleh tim BPTP NTT sehingga kendala Mereka selama ini bisa teratasi dan membuka pola pikir petani untuk lebih maju. “Kami bangga dan bersyukur atas pendampingan dan bantuan oleh BPTP,” terbuka dan siap menerima program yang dijalankan oleh BPTP NTT untuk meningkatkan pendapatan ekonomi petani dengan pemanfaatan lahan pertanian seusai panen.

Menurutnya, Poktan Sadar Bangun yang didirikan sejak tahun 1957 hingga saat ini memiliki 191 orang anggota dengan luas areal lahan garapan sebanyak 125 hektar, anggota Poktan Sadar Bangun sendiri bukan dari desa Oelpuah saja namun terbagi di 7 desa tersebar di 3 kecamatan yakni kecamatan Kupang Tengah, Kupang Timur dan Taebenu.

Persoalan ternak ungkap dia, peraturan desa terkait pemisahan areal pertanian dan peternakan sudah dibahas namun belum final. “Keputusan kelompok yang mengatur hewan ternak sudah ada. Namun untuk tingkat desa sementara digenjot tapi kami selalu bangun koordinasi bersama pemerintah desa untuk secepat mungkin diselesaikan sehingga luas lahan garapan ini bisa kami manfaatkan setiap saat,” pungkas Yusak. (Boy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *