Kupang_KlikNTT.Com_Bank NTT terus mengalami pertumbuhan positif. Di tahun 2019, bank milik daerah ini mencatat pencapaian terbaik, jika dibandingkan dengan capaian tahun-tahun sebelumnya.
Pertumbuhan Bank NTT itu berdasarkan beberapa bidang pencapaian yang mengalami laju pertumbuhan positif, antara lain meningkatnya market share dana pihak ketiga (DPK), kredit, serta laba bersih.
Direktur Utama (Dirut) Bank NTT, Ishak Eduard Rihi mengatakan itu saat konferensi pers akhir tahun di Kantor Pusat Bank NTT Jalan WJ Lalamentik, Kupang, Selasa (31/19).
Dirut Ishak Rihi menyebutkan, dibandingkan tahun sebelumnya, dana pihak ketiga mengalami peningkatan sebesar 45,63 persen pada 2019.
“Sebelumnya pada tahun 2018, kita hanya mencatat peningkatan DPK sebesar 8,48 persen. Artinya kepercayaan masyarakat terhadap Bank NTT semakin meningkat. Pada tahun 2020 kami berharap market share aset 35,78 persen, kredit 34,53 persen dan DPK 42,05 persen,” sebutnya.
Lanjutnya, pertumbuhan dana pihak ketiga cukup baik. Pada 2018 di angka Rp7,6 triliun, sedangkan di 2019 Rp11,079 triliun. Hal ini berarti ada pertumbuhan 45,63 persen.
“Kinerja sangat baik ini berkat pengurus makin lengkap, kelola dan cara kerja serta transformasi bisa berjalan dengan baik. Ditopang dengan deposito yang banyak dari berbagai program,” ujarnya.
Ia menjelaskan angka kredit mengalami pertumbuhan cukup besar Rp 8,7 triliun dan di 2019 Rp 10,22 triliun. Kredit bertumbuh 16,56 persen, sedangkan laba tumbuh 19,6 persen.
Proyeksi BI, katanya, pada 2019 DPK 10 hingga 12 persen, sedangkan Bank NTT mencapai 45 persen. Suatu persentase yang luar biasa. Proyeksi BI untuk kredit 7 hingga 9 persen, namun Bank NTT tumbuh 16,59 persen.
Selain DPK, kinerja positif juga dicatat pada beberapa bidang lainnya seperti market share DPK, kredit, serta laba bersih. Kredit Bank NTT mengalami peningkatan dari 9,68 persen pada tahun sebelumnya menjadi 16,59 persen.
Begitu pula laba bersih yang mengalami peningkatan sebesar 9,16 persen dibandingkan tahun sebelumnya 8,96 persen.
Sementara itu, pada sektor market share aset dan market share kredit juga mengalami pertumbuhan jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Ishak mengatakan, pertumbuhan kinerja keuangan ini ditopang oleh berbagai strategi yang diterapkan, yang dikenal dengan transforamasi Bank NTT. Taransformasi itu meliputi perbaikan, tata kelola, sistem dan jaringan kerja yang meliputi 220 kantor cabang yang tersebar di seluruh Provinsi NTT.
Strategi Pemberdayaan
Lebih jauh, Ishak mengatakan, pihaknya telah mendesain strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat NTT. Strategi-strategi yang disebut Ishak di antaranya, penandatanganan MoU pinjaman daerah NTT Bangkit, NTT Sejahtera antara Bank NTT dengan seluruh pemerintah kabupaten/kota di NTT.
Strategi lainnya, kata dia, yakni menyusun road map masyarakat ekonomi NTT, meluncurkan NTT Pay untuk interkoneksi dengan BUMD, BUMDes, koperasi serta kelompok masyarakat dalam rangka promosi dan penjualan produk unggulan NTT, pemberdayaan UMKM, serta pembangunan sektor pariwisata, ekonomi kreatif, informatika dan perikanan.
Selain itu, Bank NTT juga bekerja sama dengan Undana dalam bidang pengadaan mesin pemeras kemiri untuk Pemda Alor, membangun perumahan Bank NTT City di Oetalu, menyalurkan dana bergulir dari Kementerian Koperasi UMKM kepada peternak sapi di Desa Raknamo, dan terlibat dalam pengolahan sampah bersama Pemkot Kupang.
Pada tahun 2019, Bank NTT juga telah melahirkan program-program inovatif dan unggulan yang ternyata disambut positif oleh masyarakat. Salah satunya adalah program cashback yang berhasil mencatat rekor dengan pemasukan dana mencapai Rp 92 miliar lebih.
Laba Rp 500 Miliar
Sebelumnya, Gubernur NTT Viktor Laiskodat selaku Pemegang Saham Pengendali pada Bank NTT memberi target kepada Direksi baru harus menghasilkan laba bersih tahun 2019 sebesar Rp 500 miliar. Bila target laba itu tidak tercapai, maka direksi akan diganti seluruhnya.
Penegasan itu dikemukanan VBL kepada wartawan usai memimpin Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Bank NTT di Gedung Kantor Pusat Bank NTT Jalan WJ Lalamentik Kupang, Rabu (28/11/2018) petang.
VBL juga menegaskan bawah dalam RUPS sudah disepakati antara lain, tahun 2019 direksi yang baru harus mendapatkan laba sebesar Rp 500 miliar. Tahun 2020 Bank NTT harus jadi Bank Devisa dan tahun 2023 sudah harus Go Public.
Pengamat ekonomi dari International Fund for Agricultural Development (IFAD), Dr James Adam mengatakan dalam hitungan ekonomi, target laba Bank NTT sebesar Rp500 miliar per tahun bisa tercapai.
“Berkaitan dengan target laba Rp500 miliar bagi Bank NTT, dalam hitungan ekonomi bisa saja tercapai, namun harus membutuhkan kerja sama dan kerja keras berbagai elemen, bukan cuma manajemen Bank NTT sendiri,” kata James Adam.
Menurut James Adam, jika hanya Bank NTT sendiri yang bekerja, maka sulit untuk mencapai target tersebut. Karena itu, semua nasabah dan calon nasabah harus sama-sama termotivasi untuk membangun Bank NTT. Selain itu, program khusus bidang perbankan perlu dibuat untuk bisa mendapat modal kerja yang besar dan meningkatkan jumlah nasabah.
“Jika tidak demikian, maka target hanyalah satu bentuk angka nominal dalam mimpi,” kata mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Artha Wacana Kupang itu.
Sementara itu Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali Nusra, Rochman Pamungkas mengatakan untuk mencapai target tahun ini, Bank NTT mampu meningkatkan penyaluran kredit secara agresif.
Target laba itu dapat tercapai dengan ketentuan, bank harus melakukan ekspansi dalam bentuk kredit dengan suku bunga yang cukup tinggi, dibanding pilihan alternatif lain seperti deposito dan giro. Bank NTT harus mampu mencapai kenaikan pertumbuhan kredit hingga 12,67 persen. Namun proses penyaluran kredit harus dilakukan hati-hati agar tidak menjadi berisiko kredit bermasalah.OJK NTT, tetap memantau arah pertumbuhan kredit, dan meminta Bank NTT agar dalam melakukan ekspansi kredit, tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan mengelola risiko. (mg-03/antaranews/D-1/fr)