Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Daerah

Akibat Gagal Panen,Harga Beras di Nagekeo Melonjak

76
×

Akibat Gagal Panen,Harga Beras di Nagekeo Melonjak

Sebarkan artikel ini

Nagekeo, KlikNTT.Com–Sejumlah para Petani Padi di Persawahan KM 1 Kanan yakni Kelompok Tani Sumber Hidup 5, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, keluhkan soal Akibat gagal panen yang mengakibatkan harga beras di Nagekeo melonjak naik ditengah pandemi Covid-19.

Salah satu anggota Kelompok Tani di KM 1 Kanan, Kecamatan Aesesa Hermanus Sana kepada media ini mengungkapkan bahwa tahun ini, dirinya beserta Istri dan Anak-anaknya mengalami gagal panen, lantaran hujan angin beberapa pekan lalu merobohkan 1 hektare padi miliknya.

“Saya belum tahu persis harga beras di pasaran sekarang ini. Setahu saya harga beras berkisar mulai paling murah 9.500 sampai paling tinggi 12.000. Untuk sekarang harganya naik atau turun saya belum tau. Beberapa minggu lalu 1 Hektare padi saya di hantam hujan dan angin kencang.

Menurut Herman bahwa sebelumnya hasil panen padi miliknya lebih bagus bahkan 1 hektare mencapai 47 Karung. Tidak tau sekarang, mungkin diperkirakan turun 15 karung saja. Muda-mudahan naik 35 karung.  Jelasnya.

Belum lagi hitung-hitung biaya anak Sekolah, biaya operasional pengeluaran untuk awal bajak, biaya tanam sampai biaya panen. Kata Herman saat ditemui KlikNTT.Com di lokasi lahan sawah garapannya, Selasa (27/4/2020).

Ia menjelaskan ada sekitar puluhan hektare lahan sawah padi milik para petani lain di wilayah tersebut. “Petani di sini juga mengalami hal yang sama akibat hujan angin. Ada beberapa petani di sini juga mengeluh,” ujarnya.

Herman menjelaskan dengan harga beras saat ini, para petani sulit untuk bisa mendapatkan penghasilan yang memadai.

“Harapannya Pemda Nagekeo harus sesuaikan harga di tengah Pandemi Virus Corona. Agar para petani tidak di rugikan dan berharap bisa membeli hasil olahan petani.

Sementara Fanci dan petani lainnya mengaku tidak punya pilihan lain selain mengikat padi-padi yang roboh dengan menggunakan tali plastik.

“kami tidak punya pilihan lain selain mengikat padi-padi yang roboh. Awal mau olah sawah saja butuh modal sendiri. Sangat di sayangkan kalau harus kerja ulang. Yang pasti akan keluarkan lagi modal sendiri lagi. Terpaksa kami biarkan sampai saat panen, mau dapat berapa karung itu sudah modal kami. Ujarnya.

Sementara Santi Warga Watu Api sekaligus Ibu Rumah Tangga, saat ditemui media mengaku bahwa  untuk mendapatkan beras saja sulit. Menurutnya harga beras dari harga 12.000 melonjak sampai harga 14.000.

“Saya biasa beli beras harganya Rp 12.000 tapi karena ada Virus Corona harga beras naik sampai Rp 14.000. Syukur-syukur saya dapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). Setidaknya uang sekolah untuk anak saya bisa terpenuhi.

Para petani lain tersebut berharap agar kedepan ada bantuan dari pemerintah daerah.

Pantauan KlikNTT. Com, untuk sampai ke lokasi sawah milik Petani tersebut, KlikNTT. Com mencatat dibutuhkan waktu perjalanan kurang lebih sekitar 20 menit menggunakan Sepeda Motor.

Jalan masuk ke dalam kawasan Sawah Milik Petani tersebut juga masih berupa batuan kecil yang belum di aspal. Sedangkan di sisi kanan dan kiri terhampar luas terdapat tanaman Pisang dan Kelapa milik Petani. Adapun rumah-rumah milik warga berjejeran membentang sepanjang perjalanan. (Vhiand Dhalu).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *