Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Daerah

BOP-LBF Luncurkan Logo Branding Cagar Biosfer Komodo

107
×

BOP-LBF Luncurkan Logo Branding Cagar Biosfer Komodo

Sebarkan artikel ini

Ket Foto : Istimewa

Labuan Bajo_KlikNTT.Com_Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo-Flores (BOP-LBF) meluncurkan Logo Branding Cagar Biosfer Komodo dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Pariwisata Wilayah Koordinatif BOP-LBF, di Ayana Resort Komodo, Labuan Bajo, Selasa (6/10/2020).

Direktur Utama BOP-LBF Shana Fatina dalam kesempatan tersebut menjelaskan, bahwa tujuan BOP-LBF menginisiasi branding Cagar Biosfer Komodo adalah untuk menciptakan nilai sebuah destinasi, baik dari perspektif wisatawan sebagai konsumen, maupun sebagai stakeholders pariwisata.

“Membuat logo merupakan langkah awal proses branding. Sehingga bisa digunakan sebagai media promosi dan digunakan di produk-produk ekonomi kreatif. Sekaligus seirama dengan rencana pengembangan pariwisata Labuan Bajo ke depan dan mendukung Labuan Bajo sebagai destinasi wisata premium” katanya.

Dalam kesempatan tersebut Shana juga menjelaskan perihal branding produk cagar biosfer. Menurutnya tujuan branding produk cagar biosfer tersebut adalah untuk memberikan valuasi atau menambah nilai produk yang dihasilkan sebuah wilayah cagar biosfer.

“Penambahan nilai tidak hanya nilai ekonomi tetapi juga kualitas dari produk tersebut. Pemberian branding terhadap produk cagar biosfer juga memberikan pengakuan terhadap produk cagar biosfer dan memberikan ‘green image’ terhadap produk cagar biosfer tersebut,” kata Shana.

Ketua Forum Cagar Biosfer Komodo Ismail Surdi, dalam kesempatan tersebut menjelaskan, bahwa Cagar Biosfer Komodo merupakan cagar biosfer tertua di Indonesia, namun belum memiliki logo atau branding dibandingkan dengan 11 Cagar Biosfer lainnya yang ada di Indonesia. Karena itu, Ismail mengapresiasi inisiatif BOP-LBF dalam membentuk branding atau logo Cagar Biosfer Komodo tersebut.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada BOPLBF yang telah menginisiasi beberapa diskusi untuk terbentuknya logo ini dengan berbagai lembaga dan narasumber, sehingga pada tanggal 25 Agustus 2020, kita mengambil keputusan final mengenai Cagar Biosfer Komodo. Kedepannya kami harapkan logo ini dapat hadir disetiap materi komunikasi Cagar Biosfer Komodo untuk membangun citra yang konsisten,” ujarnya.

Ismail Rusdi juga menjelaskan, bentuk dasar logo ini merupakan interpretasi dari semangat Cagar Biosfer Komodo untuk menghadirkan keseimbangan antara manusia dengan alam melalui cara hidup yang berkelanjutan. Komposisi berbentuk lingkaran merupakan lambang dari bumi, keutuhan dan siklus yang mengikuti seluruh elemen Cagar Biosfer Komodo.

“Diharapkan logo ini bisa lebih mudah untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian kepada CB Komodo dan menjadikannya _top of mind_ baik wisatawan nusantara atau wisatawan mancanegara,” katanya.

Kepala Taman Nasional Komodo (TNK) Lukita Awang berharap, agar dengan adanya logo atau Branding Cagar Biosfer Komodo tersebut, semua masyarakat, juga pelaku pariwisata mempunyai rasa memiliki terhadap berbagai destinasi.

“Semoga dengan logo ini membuat kita merasa memiliki. Dan saya mengajak mari kita bersatu bersama-sama menjaga pariwisata Labuan Bajo khususnya Taman Nasional Komodo bersama keragamannya dengan semangat yang telah tergambar di logo cagar biosfer ini,” ujarnya.

Turut hadir dalam prosesi peluncuran Logo Cagar Biosfer Komodo tersebut, Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula, Ketua Forum Cagar Biosfer Komodo Ismail Surdi, Kepala Balai TNK Lukita Awang, Ketua Man and Biosphere (MAN) Indonesia Yohanes Purwanto dan President of ICC-MAB Erny Sudarmonowati.

UNESCO Tetapkan Pulau Komodo sebagai Cagar Biosfer Pada Tahun 1977

Untuk diketahui, kawasan Pulau Komodo ditetapkan sebagai wilayah Cagar Biosfer sejak tahun 1977 oleh UNESCO. Kemudian pada tahun 1980 ditetapkan sebagai Taman Nasional. Tahun 1991 sebagai situs warisan dunia, kemudian tahun 2011 sebagai New Seven Wonders (tujuh keajaiban dunia).

Zonasi Cagar Biosfer Komodo meliputi kawasan seluas 1,118,003 hektar, mencakup yang terbagi pada tiga zona pemanfaatan. Pertama zona inti seluas 173.300 hektar, kedua zona penyangga seluas 288.353 hektar, dan ketiga zona transisi 656.341 hektare.

Sistem zonasi cagar biosfer tersebut sesuai dengan kategori sistem zonasi berdasar-Statuta frame work of WNBR (World Network of Biosphere Reserve). (Rudi Haryatno)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *