Nagekeo_KlikNTT.Com_Perempuan harus ditempatkan dalam arus utama termasuk dalam hal budaya. Supaya generasi yang akan datang jauh lebih baik dari kita. Hal tersebut disampaikan Bupati Johanes Don Bosco Do sekaligus membuka kegiatan Sosialisasi Kebijakan dan Fasilitasi Pembentukan Desa/ Kelurahan layak anak Tingkat Kabupaten Nagekeo.(27/10/2020)
“Bajawa sangat mengatasnamakan perempuan. Maka tidak heran kalau perempuan Bajawa sangat mempedulikan anak-anaknya, dan anak-anak Bajawa sangat terkenal dalam dunia sepak bola, tinju dan lain-lain. Lanjut Bupati Don, “kita Nagekeo siapkan lapangan bola, lalu nonton orang Bajawa lawan orang Bajawa. Iya kan?” disambut senyum dan gelak tawa peserta.
Selain itu, ramah anak, mulai dari rumah tangga. Tujuannya adalah “untuk meningkatkan kepedulian dalam pembangunan yang menjamin perlindungan hak-hak anak.
Dalam kesempatan yang sama Bupati yang biasa disapa Dr. Don ini, meminta agar pemerintah daerah bisa kerjasama dengan Tujuh Camat untuk pertemuan di wilayah Kecamatan nya masing-masing
“Tidak sampai 30%. Duitnya dipakai secara efisien. Saya minta kerja sama dengan Tujuh Camat untuk pertemuan di wilayah Kecamatan masing-masing dan Semua desa hadir. November saya dapat laporan, kegiatan ini sudah dilaksanakan.” Tegas Bupati Don
“Manusia adalah binatang berakal budi. Namun, kita punya kecenderungan primitif seperti binatang, yakni haus, lapar, seks, kekuasaan, hegemoni. Anak membutuhkan teritori dalam rumah. Kalau tidak, dia cari teritori di luar rumah. Dia cari hegemoni kekuasaan di deker. Guncangan kultur. Anak harus diberi kamar. Mau gunakan kamar anak, yah harus minta izin. Harus berani katakan kepada tetamu, “maaf, ruang ini dipakai anak untuk belajar, kita pindah di luar saja.
Lanjut Bupati Don Pastikan anak perempuan kita hamil dengan HB di atas 12. Karena kita tidak bisa pastikan, kapan anak perempuan kita hamil. Ketika menantu datang, sebagai mertua, apakah kita perlakukan anak mantu perempuan sebagai TKW di rumah? Makan tunggu mertua. Makan lebih dulu dibilang kurang ajar?. Gimana rasanya kalau anak perempuan kita sebagai menantu di sana?.
Mari pikirkan dan sikapi bersama.Ujar Bupati Don di depan para Camat, Lurah dan Kades yang hadir.
Tamba Bupati Don, “Anak-anak di rumah harus diberi ruang belajar. Sofa mewah, tapi meja belajar anak tidak ada. Ini tidak boleh. Anak butuh teritori, butuh otonomi. Dalam RT, harus ada jam belajar anak. Jam 6 sore tidak ada lagi bunyi musik, TV. Sebagai pemimpin, mari kita lakukan itu.
“Kades, dan saya juga, jangan takut tidak dipilih lagi. Lakukan perubahan segera. Itu no 1.” Tutup Bupati Don.
Hadir dalam kesempatan itu, camat Boawae, Camat Wolowae, Camat Aesesa Selatan, Camat Mauponggo, beberapa kepala desa dan lurah serta pejabat terkait dari Bappelitbang dan Dinas Peternakan. Peserta yang hadir 36 dari 120 yang diundang. (VD).