Nekamese_KlikNTT.com- Akibat dari Sengketa Penggusuran Lahan 5 Ha di Desa Taloetan beberapa hari yang lalu, sehingga adanya pembakaran rumah belasan Warga, bahkan rumah Kepal Desa Taloetan, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang, NTT, di bakar oleh sekelompok orang tak dikenal hari Minggu,(28/03) lalu.
Yusakh Bilaut, Kepala Desa Taloetan, kepada awak media di Gereja Gibon Kamis,(01/04) sore mengatakan habwa tertanggal(28/03) sekitar pukul (13/00), Ia bersama teman Pdt. Yang berasal dari Jakarta mengadakan kunjungan sekaligus membagikan bantuan sosial kepada warga yang rumahnya digusur akibat kalah perkara, tepatnya RT.07/RW.02, Dusun II, Desa Taloetan.
Dimana korban eksekusi membangun Tenda-tenda darurat yang tidak jauh dari tempat eksekusi untuk berlindung, karena mengingat cuaca yang tidak mendukung.
Setelah dirinya bersama Pdt. Yoksan Laituta, dan berapa rekan dari Gereja bertemu dengan keluarga berdiskusi, saling memberikan penguatan sekaligus mengahkiri dengan Doa bersama lalu meninggalkan lokasi.
Kemudian Mereka didatangi oleh sekelompok orang yang tak dikenal mengampiri mereka dan terjadinya saling adu argument, dimana semakin panas, saat itu juga disertai dengan lemparan batu oleh sekolompok orang yang tak dikenal dengan Anak muda yang rumahnya digusur.
Semakin memanas, kendaraan roda dua sekitar 10 unit pun juga dihancurkan. Merasa takut dan untuk menyalamatkan diri, warga berlari ke belakang rumah sekitar 200 meter untuk bersembunyi. Dirinyajuga berlari kehutan untuk menyelamatkan diri.
Truk yang memuat sekolompok orang tersebut membawa anak panah, busur, parang, mulai membakar rumah warga diluar dari tanah sengketa itu, sehingga terdengar bunyi ledakan, asap mulai mengepul ke atas, kaca-kaca rumah juga dihancuri, ternak babi, dan sapi pun juga dibunuh.
Sementara rumahnya Kepala Desa berada di bagian bawah pun juga dibakar.
“Di saat sembunyi, kami dengar su ada bunyi, ada asap mengepul keatas. Kami pikir bahwa ini sudah terjadi kebakaran yang besar-besaran. Dan terakhir di saya punya rumah. Ternyata rumah saya dibakar, dan saya salah satu orang yang disasar. Sehingga saya memilih untuk ke kupang”, beber Bilaut sambil meneteskan air mata.
Lebih lanjut, Dirinya tidak mengetahui sebenarnya apa yang terjadi, dan apa salahnya. Karena ia bukan penggugat dan juga tergugat. Tugasnya sebagai seorang pemimpin memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang dari suara masyarakat ia mendapatkan jabatan.
“Saya tidak bisa membalas karena saya dididik bukan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan”, ungkapnya.
Ia juga mendengar bahwa ada berita yang miring bahwa Kepala Desa yang memimpin Masa dalam aksi tersebut. Pemberitaan itu sangat tidak benar.
Karena saat itu ia bersama Pdt. Yoksan Laituta mengadakan pembagian bantuan kepada korban eksekusi, sementara sekretaris desa bersama Ibu Pdt mengadakan rapat di Gereja.
“Sekali lagi berita yang memuat bahwa kepala desa taloetan bersama sekertaris desa taloetan memimpin masa untuk menyerang, sekaligus membakar, merusak rumah warga itu sangat sangat tidak benar. Semua korban berada di samping saya, ini semua korban”, kesal Bilaut.
Total rumah yang dibakar tercatat kurang lebih 14 rumah dan 6 rumah yang dirusakan.
Ia juga sudah melaporkan kejadian ini ke Pihak Polres Kabupaten Kupang, sehingga ia berharap agar masalah ini diselesaikan dengan hukum yang berlaku dan seadil-adilnya.
Sementata salah satu korban rumah yang terbakar, Tuce Tafok mengatakan, saat mengikuti rapat diGereja, ia mendengar ada bunyi maka ia bergegas keluar lari ke rumah.
Tiba dirumahnya, pembakaran terus berlanjut. Dan saat itu terdapat beberapa orang Desa Taloetan yang bernama, Salmun Sak, Jhoni Hoinbala, Dominggus Manat, Agustinus Manat, dan Marsel Lop Meta itu yang tunjuk dan bakar.
Ia hanya bisa menyalamatkan Neneknya serta Anak-anak dihutan. Saat itu ada Polisi, namun Polisi menghimbau untuk menyelamatkan diri.
Total kerugian yang dialaminya berkisar Rp.200 juta. (Boy)