Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Daerah

Pekerjaan Belum Selesai, PT. UKB Belum Bayar Upah Kerja

88
×

Pekerjaan Belum Selesai, PT. UKB Belum Bayar Upah Kerja

Sebarkan artikel ini

Oelamasi_KlikNTT.com- Salah satu paket Pekerjaan Perkerasan Jalan, Pekerjaan Tembok Penahan jalan, dan juga Pekerjaan Deker yang dikerjakan oleh Kontraktor Pelaksana, PT. Usaha Karya Buana (PT. UKB) Tahun Anggaran 2020, dengan nilai sekitar Rp9 Miliar lebih yang bersumber dari APBD I di Desa Tunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang hingga kini belum selesai, bahkan beberapa tukang pun juga mengeluh karena upah kerja belum dibayar oleh kontraktor pelaksana.

Demikian hal ini diungkapkan, Okto NR warga Desa Tunbaun yang turut bekerja di paket tersebut kepada media ini Selasa,(25/05) siang di Tunbaun mengatakan bahwa Ia sangat menyesal karena upah kerja sejak bulan Maret lalu hingga saat ini belum di bayar.

“Kita kerja ini tujuannya untuk dapat uang untuk topang kita punya kebutuhan ekonomi sehari-hari. Tapi setelah kita kerja sampai hari ini belum bayar. Kita petani tidak kenal yang namanya tanggal muda dan tanggal tua. Apa lagi bencana baru-baru kita juga kena dampak tapi uang yang kita kerja juga tidak ada sama sekali”, ungkapnya.

Sehingga Ia berharap agar kontraktor pelaksana bisa membayar upah kerja sejak bulan Maret lalu. Apa lagi pekerjaan ini sudah dari Tahun lalu yang bersumber dari APBD I.

Wakil Bupati Kupang sempat ajukan protes beberapa waktu lalu saat turun pembagian Sembako. Karena batu yang digunakan bukan batu kali, tapi menggunakan batu gunung.

Yohanis T, warga Desa Tunbaun juga menyampaikan hal yang sama. Namun Ia hanya menjelaskan bahwa untuk sementara ia sebagai warga Desa Tunbaun hanya ingin membantu agar pekerjaan tembok panahan yang berada di dalam wilayahnya sepat selesai.

Setelah pekerjaan sudah selesai tetapi hingga saat ini juga upah kerjanya belum dibayar.

Pekerjaan seperti ini menuai banyak pertanyaan. “Karena batu, pasir, dan tanah putih ini sudah lolos tes uji laboratorium atau belum. Karena ini pake batu gunung, bukan batu kali, pasir juga sebagian pake pasir laut. Ini yang menjadi soal. Apa lagi sertu, kalau musim hujan pasti motor dan oto sonde bisa jalan”, beber warga yang tidak mau namanya dipublikasikan.

Ia menambahkan bahwa beberapa waktu lalu, Wakil Bupati Kupang sempat protes bahwa pekerjaan ini tidak benar. Pasalnya, batu yang digunakan menggunakan batu gunung bukan batu kali.

Sementara pantauan media ini dilokasi pekerjaan, pasir yang digunakan dalam pekerjaan tembok penahan tersebut, sebagian menggunakan pasir laut, batu juga menggunakan batu gunung tetapi tidak menggunakan batu kali, dan agregat yang digunakan adalah agregat B atau sertu biasa.

Sehingga akan menyusahakan pengguna jalan disaat musim penghujan. (Boy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *